Jumat, 26 Oktober 2007

Sedekah penyuci jiwa

salamualekum...
dear all fren...aq dpt tulisan bagus neh...sapa tau ada yg mo baca n nyebarin kde yg laen...makasih buat yg nulis,semoga dibales gusti qjj amalnya...
ok, met baca ya




_____

Duh, Kemarin Tak Berinfak

Saya terus bertanya-tanya, sebab apa yang membuat hari kemarin terlupa
berinfak. Meski pun di hari kemudian saya menggandakan infak dengan
harapan bisa menutupi celah yang kemarin berlubang, namun tetap saja ada
perasaan bersalah. Meski pula tak ada sedikit pun kesengajaan untuk tak
berinfak, dan saya yakini hanya karena terlupa, tetap saja pikiran ini
terus menerus bertanya, kenapa lupa?

Sekarang saya harus banyak merenung dan membayangkan akibat apa yang
bakal saya alami selepas tragedi "lupa" berinfak hari kemarin itu.

Tentu saya tak boleh marah jika tiba-tiba Allah sempat memutus aliran
rezeki, entah hari ini, besok, lusa atau entah kapan. Sebab dengan tak
berinfak hari kemarin, berarti saya telah memutus rezeki orang lain yang
berhak. Boleh jadi, akibat terputusnya infak di hari kemarin itu, ada
perut-perut yang teriris menahan lapar. Ada tubuh lemah yang semakin
melemah akibat sakit yang dideritanya berhari-hari tanpa pengobatan.
Bahkan, saya tak harus merasa sakit hati kalau suatu hari nanti saya
merasakan tidak punya satu apapun untuk bisa dimakan, termasuk oleh
isteri dan anak-anak saya. Ya, gara-gara kemarin tak berinfak, bisa
dipastikan ada yang tak memiliki apa pun untuk pengganjal perut
laparnya.

Saya pun tak boleh kecewa jika segala apa yang saya upayakan di
hari-hari berikutnya terus menerus menemui kebuntuan. Sebab dengan tak
berinfak hari kemarin, sangat mungkin saya turut bertanggungjawab atas
putusnya sekolah anak-anak yatim. Sangat masuk akal pula akibat
terlupanya saya berinfak, akan banyak urusan, kepentingan dan pekerjaan
saya yang tak selesai dan tak berhasil. Mungkin karena saya juga tak
membantu menyelesaikan urusan orang-orang yang semestinya menerima infak
saya di hari kemarin itu.

Di hari-hari yang akan datang, tak ada satu alasan pun bagi saya untuk
menggerutu jika segala yang mulanya mudah tiba-tiba menjadi sulit bagi
saya. Sesuatu yang biasanya ringan berubah menjadi teramat berat. Jelas
itu karena saya tak berinfak hari kemarin sehingga secara tidak langsung
memberatkan urusan orang lain, menyulitkan kehidupan orang-orang yang
berhak atas infak dan sedekah saya.

Esok atau suatu hari nanti, saya tak berhak menangis Jika salah satu
harta benda yang saya miliki hilang, raib, entah dicuri, dicopet atau
dengan cara apa pun. Saya harus benar-benar bisa menerima akibat itu,
karena mungkin itu balasan dari tak berinfaknya saya di hari kemarin.

Saya tentu akan menyesal seumur hidup jika kemudian anak-anak yatim,
kaum fakir miskin beramai-ramai melantunkan sebuah doa kepada Allah, "Ya
Allah, hari ini kami tak mendapatkan apa pun dari para dermawan, dari
orang-orang yang biasanya Engkau ringankan tangannya, dari orang-orang
yang biasanya memudahkan urusan kami. Engkau Maha Tahu ganjaran yang
pantas untuk mereka ya Allah..."

Dan karena doa itu, Allah beserta para malaikat bersama-sama meng-amin-i
doa tersebut sehingga saya memang benar-benar menjadi orang yang pantas
menyesal karena tak berinfak di hari kemarin.

Tinggallah saya berdoa hari ini, "Ya Allah, ampuni hamba. Jangan Kau
putus rezeki hamba agar tak terputus pula hamba mensyukurinya dengan
berinfak dan sedekah"

Dan ...

Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits
Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits
Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits

Aslih sya'ni kullahu wa la takilni ila nafsi tharfata 'ainin
(Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Mengurus hamba-Nya... perbaikilah semua
urusanku dan janganlah Engkau serahkan urusanku pada diri ini meski
hanya sekejap mata)

Gaw

Bayu Gawtama


__,_._,___

Tidak ada komentar: