Jumat, 09 Juli 2010

Antara Juanda dan Pandean...

Berada jauh dari kampung terkadang membuat kita selalu berusaha mengingat masa lalu saat di kampung. Terutama saat kita melewati suatu tempat yg pernah menjadi saksi bisu aktivitas kita di masa lalu. Seperti kemarin, saat saya harus pulang dari rantau karena istri saya sudah mendekati saat2 melahirkan (dalam buku diba' disebut "falamma isytadda bihal tholq....").
Dari pekanbaru pesawat take off pukul 7.00 untuk transit di jakarta dan connect pukul 15.00. Setelah sempat menunggu beberapa jam, akhirnya pesawat berangkat dan landing di Juanda pukul 18.30. Rencana saya saat itu akan lanjut ke kota kelahiran (Malang) dengan menggunakan bus Sby - Mlg setelah sebelumnya naik Shuttle bus (Bus bandara - Bungurasih). Namun karena dah dijemput adek pake motor dan keadaan juga sudah malam, maka saya putuskan untuk lanjut saja perjalanan ke malang naek motor (sepertinya bakal asyik..).
Meski harus membawa 2 kardus besar plus 2 tak punggung, perjalanan berlangsung dengan lancar. Ternyata kawasan bandara Juanda memang benar2 luas, rasanya lama sekali baru keluar dari area bandara. Touring kami lanjutkan langsung melewati kota sidoarjo, seakan sedang menyapa saudara2ku asal darjo (sukurin dkk). Baliho coblosan pilkadal di kanan kiri menambah semarak suasana malam itu. Beberapa saat kemudian kami pun terjebak macet di area Luapan Lumpur Lapindo. Inilah salah satu keuntungan bepergian dengan sepeda motor. Dengan hati2 kami melewati satu demi satu bus2 dan truk besar yg hanya bisa merayap sambil mengutuki orang yg menyebabkan bencana ini terjadi. Saya tidak bisa membayangkan betapa sedih dan pilunya masyarakat sekitar luapan lumpur ini. Anda bisa bayangkan kampung halaman mereka tiba2 menjadi bendungan hanya dalam beberapa saat. Meski ada yg mendapat ganti rugi, saya haqqul yaqien itu tidak bisa membeli kenangan dan sejarah yg pernah mereka ukir di sana. Dan rumah serta toko di kanan kiri jalan pun seakan menjadi saksi bisu kepedihan mereka. Rumah kosong, kusam dan kotor seakan menunggu kiamat datang sewaktu waktu.....................
.....
Setelah beberapa saat, kami pun berhasil keluar dari kemacetan dan melanjutkan perjalanan. Kalau menggunakan bis, mungkin bisa mencapai satu jam hanya untuk keluar dari kemacetan, apalagi siang hari. Karena sejak dari pekanbaru saya belum sempet sarapan dan hanya makan sepotong roti kecil di warung sebelah (jgn bayangkan naek pesawat sekarang dapet makan, minum setegukpun engga dapat), kami putuskan mampir di sebuah warung makan. Andai Njeng Nabi tidak menganjurkan untuk berhenti makan saat perut terasa kenyang, mungkin saya dah abis2an di warung ini. Anda bisa bayangkan, di pekanbaru sepiring nasi pecel dengan lauk krupuk saja harganya 12.000 belum termasuk minum, di tempat ini kami makan berdua dengan berbagai lauk, rawon, krupuk dan 2 es jeruk hanya habis 20 ribu.... (inilah alasan saya selalu ingin mendapat kerja di jawa, living cost yg sangat menyenangken..).
Puas makan, perjalan kami lanjutkan. Melewati beberapa kota yg pernah kusinggahi satu persatu kenangan itu muncul seperti memutar film di depan mata. Ketika lewat japanan saya teringat pertama kali menginjaken kaki di sana saat mampir ke teman saya semasa di PIQ, Yusqi Arif. Di pandaan kenangan saat menyaksikan kesedihan sahabat saya Dody "Dodot" saat kedua orang tuanya wafat akibat kecelakaan dan dikuburkan dengan kain kafan dari kain ihram hajji mereka. Di kota ini pula ku mampir di rumah sahabat sekelasku, si Muchza bersama dengan Dani maroebeni saat akan menyambangi calon istrinya (gathoel) naik sepeda honda 79 hihihi. Sampai di Purwodadi, ingatanku melayang saat 10 tahun silam. Saya, Ardan, Adib dan temen2 suka maen ke kebun raya saat libur. Pun, saat studi tamasya ke sana untuk pelajaran biologi, aq dapet wilayah kebun paling jauh...pohon2 pisang hehe... Di Lawang, aku teringat kenangan saat sering main bersama teman2 aiyah dulu, melewati rumah si uchi, happy, sahal, dzurroh dan teman2 lain di randu agung. bahkan balai pertanian pun pernah menjadi kenangan kami saat masa remaja dulu. Ada sebuah jalan setapak di Yonkav tempat kami pernah tertawa sambil menahan malu karena percaya dengan kata2 teman yg bilang ada sebuah air terjun di sana yg ternyata hanya sebuah pipa PDAM yg bocor qqeqe...
Singosari seakan menjadi rumah kedua-ku. Di sana aku bersekolah dan bertemu teman2 baru. Di sana pula berdiri pesantren PIQ kebanggaaanku... Bungkuk, Islah, NH dan lain2 menjadi kenangan yg tak terlupakan. Rumah si yusron seakan menjadi markas kedua kami saat aktif di OSIS. Di pesantren PIQ, tidur di kamar yg bau pesing karena di bawahnya ada terminal andong adalah keseharian yg takkan kulupakan. Di jalan tumapel kami berkonvoi dengan penuh senyum sambil menyunggi bak di kepala menuju ke zawiyyah, sebuah sumber air kecil tempat mandi santri PIQ. Di Sidodadi pula pernah kujalani persahabatan dengan sahabatku Novi. Mashyur, kaji, imam, silvi, immah, maymoon, budi sarkemo, zaid, yusron dan yg lain akan selalu kuingat dalam memoriku. Bahkan ruang kepala sekolah menjadi tempat tidurku dl saat masih menjadi redaktur majalah sekolah, bersama pak Muji guru kimia yg jago itu. Terlalu banyak kenangan untuk diceritakan....
Di sebuah desa purwoasri kuhabiskan sisa studiku. Bersama agus, nanang, karim dan teman2 luar biasa lain. 1 km jarak ke sekolah serasa dekat saat gemericik air sungai tumapel menyapa kami saat lewat.
Di pertigaan karanglo, aku teringat saat nyawaku hampir tercabut gara2 sepeda yg kutumpangi bersama agus diserobot motor. Saat itu kami sedang menjual kalender untuk pembangunan pesantren. Beruntung ada teman yg rumahnya di belakang rumah pak Nukman di belakang mejid karanglo yg menolong kami. Semoga dibalas oleh Allah, meski saya lupa namanya (mungkin qosim ). Masuk ke daerah blimbing seakan semua kenangan itu diputar ulang. Dani, taufiq, ririn, siti, anis dan kawan2 lain seakan masih di tempat itu. Di hutan pinus river side kami pernah rapat membahas rencana aksi. Di depan patung merdeka kami bercita cita..di kantor MWC NU yg kecil itu kami gantungkan rencana dan cita2 dengan segala keterbatasan....mereka manusia2 luar biasa yg pantang menyerah, meski anak2 muda semumurannya sudah abai akan agama dan perjuangan.... Ditolak saat mengajukan proposal, berdebat dan melaksanakan MAKESTA adalah agenda yg selalu kutunggu saat itu. Kami seakan bernyawa double, ga penah capek dan ngantuk hehe...Di SMP NU blimbing pula tempat aku pertama kali mengenal orang2 hebat itu...

Ya Allah, aku mencintai sahabat2ku karena Mu.. Maka cintailah mereka dan balas kebaikan mereka...

Amiinnn...

Tidak ada komentar: