Kamis, 05 Maret 2009

Owalah Pid Dapid......

Salamualaikum...............

Alaa Laa Tanaalul 'Ilma Illa Bi Sittatin....
Saumbiika 'An Majmuu'iha Bi Bayaani....
Szukaain Wa Khirsin Wasytibaarin Wabulghotin...
Wairsyaadi Ustadzin Wa Thuuli Zamaani.....

Bait syair di atas adalah syair yg cukup dikenal di kalangan anak2 desa yg ngaji di surau desa saya dulu. Sebait syair yg sangat dihapal meski mungkin mereka yg masih kwecil2 itu belum faham maksudnya kala itu. Kira-kira begini artinya (saya kira2, soalnya dah puluhan taun ga baca2 lagi hehehe...)

"Ilingo Dak Kasil Ngelmu Kejobo nem Perkoro
Bakal Tak Critakne Kumpule Kanthi Pertelo
Rupane Limpat Lubo Sobar Ono Sangune
Lan Piwulange Guru Lan Sing Suwe Mangsane...

buat orang2 kota seperti anda berikut terjemahnya :

"Ingatlah, ilmu itu tidak akan tercapai sempurna, kecuali dengan 6 syarat...
Akan kuberitahu engkau dengan jelas dan gamblang....
Bersemangat...Haus ilmu...Sabar dan ada bekal.....
Memiliki guru dan dengan masa belajar yg lama (cukup)...

Kenapa saya ungkapkan syair diatas mengawali postingan ini adalah sebagai salah satu renungn bagi kita bersama. Bahwa pendidikan tidak semata-mata hanya berdasar nilai2 nominal saja. Pendidikan tidak boleh semata-mata bertujuan agar lulus dan dapat kerja. Saya ingat dulu beberapa teman saya tidak naik kelas atau tidak lulus, namun mereka tidak putus asa. Dan beberapa diantara mereka malah hari ini menjadi orang2 sukses. Tidak seperti saat ini, sekali tidak lulus maka seakan-akan hidup telah berakhir. Sedikit demi sedikit pendidikan kita mengarah pada model kapitalistik sekuler sebagaimana di Barat. Banyak orang beranggapan anaknya akan menjadi orang sukses jika lulus dengan nilai bagus, lancar berbahasa "londo", kuliah di luar negeri dan lain sebagaimana adalah anak2 yg hebat. Sementara pendidikan agama dan moral mulai disingkirkan. Bayangkan betapa tidak adilnya sekolah sekian tahun dengan sekian mata pelajaran, namun saat ujian kelulusan hanya ditentukan oleh beberapa mata pelajaran - yg lagi2 hanya 'pelajaran otak'. Sementara pendidikan agama dan moral sedikitpun tidak memiliki andil. Maka tidak heran jika hasilnya adalah anak2 yg hanya menggunakan logika saja. Lulus atau tidak lulus...Hidup atau Mati...berhasil atau gagal....sementara kesabaran..keuletan dan lain sebagainya diabaikan. Lebih parah lagi, gaya hidup mereka juga mulai bergeser ke barat2an. Clubbing...Dugem...Nge-Drugs...Free Sex dan lain2 merajalela. Sedih rasanya melihat bagimana remaja putri bisa ikut2an tawuran seperti orang yg ga pernah sekolah (Lihat) . Dan yg paling baru adalah peristiwa bunuh diri yg dilakukan David , mahasiswa Nanyang University Singapura asal Indonesia. David yg juara Olimpiade Matematika tingkat dunia tentu memiliki tingkat intelegensia di atas rata2, namun hidupnya berakhir tragis..Bunuh diri dan sempat menusuk sang Profesor....(Lihat berita).

Profesor Arif Rahman Hakim mengatakan inilah salah satu dosa dunia pendidikan yg hanya menekankan pendidikan pada otak dan mengabaikan hati......

Ya Allah....Ampuni dosa bapak ibu kami
Ampuni guru2 kami
Berikan kami ilmu yang bermanfaat
dunia dan Akhirat.....
Amin.....


Pekanbaru,
Hari Raya Kaun Du'afa, 060309

1 komentar:

Imam Syatibi mengatakan...

Syairnya dari kitab Ta'lim Muta'alim :-)
Salam kenal.