Sabtu, 10 Mei 2008

Ongko Botak.....

Kembali hari ini aku harus pindah tempat lagi buat ngejar target operasi yang udah direncanain
pagi2 aku dah nungguin prau kecil(mereka menyebutnya katinting) menyusuri sungai2 kecil dan tepian
laut menuju tempat kecil yang disebut Kelapa2. Dengan bunyi mesin diesel yang memekakkan telinga, kami
lalui perjalanan ini hingga 3 jam kemudian kami sampai.Kelapa 2 sebuah desa yang sebagian besar
merupakan lahan Logging (penebangan kayu) merupakan tempat yang pas buat mereka yg suka
tracking. Kontur tanahnya keras dan naik turun. Disini aku disambut oleh pak Ilar, penjaga site yang
udah aku kontak sebelumnya. Dari pelabuhan kami langsung menuju penginepan (mess) yang lebih mirip hotel bintang 3
di tengah hutan belantara milik penguasa Kelapa 2, seorang warga Cina dari Malasyia bernama Boz A Sung.
Dia baik banget dan menghormati aku layaknya boz besar hehehehehe...makan minum dan semuanya disediakan
(maklum, gratiz minded hihi..)Setelah tiga hari ngerjain site Kelapa2, udah saatnya pindah ke desa lain bernama tanah merah. perjalanan kesana bisa ditempuh dengan menyewa katinting seharga 3.000.000, bayangin aja dengan kantong tipis (meski semua ditanggung kantor, tapi buat ngambil dwit kagak ada bank), maka biar target cepet selesei, aku memutuskan untuk pake planning B, ngojek hehehe.... Pertama berangkat rasanya seneng banget, coz kita ngelewatin perkebunan sawit yang luas banget,
pas ditengah jalan turun hujan, so, The nightmare Tours have been Started..
Kita masuk ke tengah sabana yang lus banget, sepanjang penglihatan mata yang nampak hanya ruput hijau yang sangat indah. Di bawah guyuran hujan, kita mulai masuk hutan belantara, tanpa penghuni kecuali binatang buas. Jangan tanyain perasaanku deh,
bayangin aja, mulai berangkat hingga nyampe kita cuman sendirian. Tapi demi tugas mulia (busyet..dah mirip pak Ustadz hehehe), kita tetep maju terus pantang mundur, eh salah..kadang2 kita mundur kok, karena jalan sudah tidak mungkin dilewatin.
Banjir disana-sini,turun kendaraan dan ngedorong sepeda motor sudah lumrah. Beruntung kami masih bertemu suku asli papua yang mencari sagu di tengah hutan belantara. Hanya kepada Allah aku selalu meminta pertolongan, karena hanya Dia
yang sanggup melancarkan perjalanan ini. Beberapa jam kemudian, setelah naik turun bukit (dari bukit rumput, pasir, tanah hingga pasir putih bagai salju) akhirnya kami sampai di sebuah desa bernama Saengga, dengan bentuk rumah penduduk yang seperti villa2 di Jawa hasil sumbangan perusahaan minyak terbesar dunia kedua (LNG), yg merelokasi mereka. Perjalanan harus dilanjutkan dengan sampan menuju sebuah desa tujuan bernama tanah merah. Sebuah desa relokasi yang sangat lengkap fasilitasnya, mulai sekolah masjid hingga Gereja. Sayang mesjid yang sangat megah hanya
digunakan oleh beberapa orang, 4 orang sebetulnya termasuk aku. Di desa ini aku tinggal bersama seorang muallaf china yang sangat taat.Aku tidak tahu namanya, namun penduduk menyebutnya Pak Ongko Botak.Kami tinggal di sebuah rumah yang
disebut rumah Imam, di sebelah mesjid. Sehari-hari makan dan minum pak Ongko sangat sederhana, hanya nasi dan mie, akupun harus belajar makan seadanya.....Namun, dibalik kesederhanaannya , banyak orang yang tidak tahu bahwa Pak Ongko
adalah pengusaha sukses, meski tiap hari hanya berkaos oblong dan celana pendek yang itu2 saja (dia mengatakan "orang2 sampai sakit mata melihat saya memakai pakaian itu2 saja tiap hari),Pak Ongko memberi contoh nyata,bagaimana kita harus melihat dunia. Sambil merawat mesjid, dia berbisnis 'kecil2an' dengan memasok kayu ke LNG yang nilainya ratusan juta....
nah, beberapa kali mengobrol, akhirnya terbuka rahasia lagi..sebelum bertaubat, dia adalah seorang warga Brunei kelahiran Malasyia. Di malasyia dia menjadi Bandar Narkotika kelas satu bersama beberapa kawannya. Suatu hari, ketika hendak melakukan transaksi besar, ternyata aktivitas kelompoknya terbongkar polisi. beruntung,
karena menaiki mobil yang berbeda, dia berhasil kabur bersama seorang temannya, sementara yang lainnya tertangkap polisi malasyia dan kini telah dieksekusi mati. Karena menghindari hukum malasyia yang begitu ketat dia lari ke Indonesia
sementara temannya lari ke Thailand. Dia berencana kembali ke malasyia tahun 2010 nanti, setelah hukumannya dipeti es kan karena telah 10 tahun. well, selamat jalan Pak ongko, semoga Allah selalu menyertaimu dan menerima taubatmu,
terima kasih telah mengajarkanku bagaimana harus melihat dunia ini......
kembali aku harus pergi meninggalkan sahabatku, sedih memang...
nah, selain itu, malam sebelum aku pergi ke tempat lain, datang seorang kepala preman bernama Frans, yang meminta dwit..nah aku pengen lapor polisi, tapi ternyata di desa itu tidak ada polisi, akhirnya, dengan pertimbangan menyelamatkan
nyawa dan perlatan yang aku bawa, preman itu tak kasih dwit aja,meski lumayan (ratusan ribu), tapi it's ok,
nyawa lebih berarti dari dwit,berapapun...!
Well, semoga Allah melindungi kita dimanapun berada, Amin...

Tidak ada komentar: