Rabu, 02 Juli 2008

Sekolahku sayang, Sekolahku Malang....

Lama ga bikin tulisan, gatel juga rasanya.Mohon maaf kepada para penggemar yang lama menunggu tulisan terbaru (hehehe "Narsis Mode On"). alhamdu qjj, kemaren projek Papua akhirnya kelar. Rasanya puas banget dah ngelilingin papua gratis trus dibayarin hehehe, itung2 jalan-jalan. sebelum balik ke jakarta, saya sempetin mampir dulu ke rumah meski cuman 2 hari buat nge-charge rasa kangen ma keluarga dan ponakan,khususnya
Bapak dan Mak tercinta. Abis jalan2 ke sahabat2 tercinta, saya sempatkan mampir sebentar ke madrasah tempat dulu saya biasa berkumpul dan diskusi dengan teman2 pengajar. Sebuah sekolah swasta kecil dengan jumlah total siswa tidak sampai satu kelas sekolah favorit di kampungku. Sampe di sana saya langsung ke kantor seperti biasa, karena sekolah sedang libur, jadi aktivitas mengajar libur. Tapi saya terkejut -tidak seperti biasa- hari itu, wajah2 terlihat murung. tidak hanya para murid, namun juga para guru. Usut punya usut, ternyata hampir 50% siswa sekolah tersebut tidak lulus UAN ato yang jaman dulu disebut EBTANAS. Yang ironis, beberapa siswa yang tidak lulus adalah siswa yang bisa dibilang teladan sementara sebagian lainnya yang lulus adalah siswa yang biasa-biasa aja. Ada lagi, seorang siswa putri yang tidak lulus hanya karena nilainya kurang 0,2 dari mata peajaran Geografi yg terhitung bukan pelajaran inti, sementara nilai yang lain memenuhi syarat kelulusan. Ah...saya tidak bisa membayangkan betapa sedih hatinya, juga kedua orang tuanya. Bahkan seorang kakek meninggal dunia karena sakit jantungnya kambuh setelah mengetahui salah satu cucunya tidak lulus. Begitupun para pengajar yang telah mendidik mereka, seakan sia2 usaha mereka selama sekian tahun. Tiga tahun yang mereka usahakan hanya ditentukan selama 3 hari. "Bagai air di daun talas" kata pepatah. Di satu sisi, pemerintah ingin menaikkan standar kelulusan di sisi yang laen sekolah-sekolah kecil seperti tempat saya tidak mampu memberikan fasilitas pengajaran agar mampu mengejar ketetinggalan sebagaimana sekolah maju lain. Jangankan mau melengkapi perlengkapan seperti sekolah2 maju ato bahkan kelas full multimedia layaknya SBI (sekolah Berstandar internasional) yg dalam pengajarannya pake boso londo, lhawong buat gaji gurunya aja sulitnya minta ampun. Sudah tak terhitung berapa bulan gaji beberapa guru ga bisa dibayar, khususnya Bu kepala sekolah (semoga Allah meredloi perjuangannya), tapi subhanallah....mereka tidak pernah menyerah, tetap pantang mundur hingga darah penghabisan.... Dan hari itu, seakan perjuangan selama 3 tahun itu sia2.... kelulusan hanya ditentukan oleh beberapa nilai mata pelajaran. Sementara kerajinan, akhlak, kejiwaan dan segudang potensi lainnnya, apalagi sisi agama, tidak dipakai sebagai acuan dalam kelulusan. sedikitpun Saya tidak bisa berbuat apa2, hanya mendoakan semoga semua diberi kesabaran, dan jangan lupa, ilmu yang bermanfaat yang diajarkan tidak akan putus pahalanya hanya karena tidak mencapai nilai tertentu sebagaimana sabda Kanjeng Nabi tentang tiga hal yang salah satunya adalah ilmu yang manfaat yang akan memberikan manfaat hingga di akherat kelak. Alaa kulli haal, " Allahummarzuqna 'ilman nafi'an"....

Tidak ada komentar: