Selasa, 25 November 2008

Kolor VS Duren.....

Hari ini banyak orang dag dig dug jantungan karena kondisi perekonomian global sedang gonjang ganjing. Tingkat inflasi naik, perekonomian lesu dan dunia bisnis sedang kolaps, Bahkan Bursa Efek Indonesia sempat ditutup karena saking kacau balaunya ekonomi dunia. Hampir semua bursa efek dunia rontok satu demi satu. Nilai tukar rupiah hari ini bahkan mencapai 12.900 tiap dolar. Sebuah kondisi yang tidak pernah terjadi lagi sejak krisi moneter 10 tahun silam. Pengangguran di mana-mana. Yg terbaru, di tempat saya di tempat saya saat ini, PT RAPP (Riau Andalan Pulp and
Paper), mem-PHK 1000 karyawan, sementara 1000 orang lagi masuk dalam wating list PHK.


What Happen ?

Semua itu berawal dari rontoknya ekonomi satu negara, ya satu negara saja
yang selama ini selalu membanggakan sistem ekonomi kapitalisnya, AMERIKA. Bencana ekonomi tersebut berawal saat terjadi kiris Sub-Prime Mortage, saya tidak paham arti sebenarnya, tapi di koran2 dijelaskan bahwa sub prime mortage adalah Kredit Kepemilikan Rumah atau (KPR) yg gagal dibayar oleh si peminjam. Mungkin sebagian kita bertanya, apa hubungannya dengan kehancuran ekonomi global. Begini, sistem ekonomi saat ini memungkinkan adanya bisnis berantai, sehingga kalau yg paling bawah (kreditor) kolaps, maka atasnya ikutan kolaps. Contoh, si Michael mengajukan kredit membeli rumah tipe SN (Sangat Ndeso, hehehe just 4 example), ke bank A, trus disetujui dengan beban bunga sekian tahun. Nah, Bank A itu modalnya pinjam bank B, bank B ambil modal dari Bank C, terussss ke atas. Ketika Si Michael ga bisa bayar cicilan, ostosmatis Bank A rugi, nah Ada sekian juta Michael yg gagal bayar, maka Bank A gabisa bayar ke Bank B, Bank B janji2 mulu ke Bank C, dan sterusnya. Akhirnya, perusahaan2 raksasa MAerika pada berjatuhan sehingga memaksa pemerintah memberi suntikan dana yg dikenal dengan BAILOUT, atao di Indonesia dikenal dengan BLBI (bantuan Likuiditas bank Indonesia). Lehman Brothers, perusahaan Yahudi terkemuka juga jatuh, dan baru2 ini Citibank juga rontok..



Semua itu ditambah lagi dengan permainan para pialang saham yg membuat nilai minyak naik turun ga karuan. Bayangkan saja, hanya dalam waktu seminggu minyak bisa naik hampir 100% dari harga normal, padahal produksi minyak dunia stabil. Itulah yg di jual di bursa saham, bukan minyak yg sebenarnya tapi kinerja perusahaan dan hal2 non riil lain. Jadi, bukan produksi minyak yg kurang tapi monopoli penjualan minyak oleh beberapa perusahaanlah penyebabnya. Sebagai contoh, kalau kita beli minyak langsung dari produsen harganya Rp. 1000 perak katakanlah, nah karena banyaknya perusahaan yg ikutan main, padahal mrk hanya jualan kinerja perusahaan tsb, maka minyak bisa tembus Rp. 10.000, bahkan mungkin lebih tinggi lagi. Lihat saja, masak harga minyak bisa berubah-ubah hanya karena isu2 politik atau isu lain yg sama sekali tidak ada hubungannya dengan jual beli. Bahkan, ada yg sudah saking keselnya bilang,
" Udah deh, gawsa lagi beli minyak atau barang lain lewat bursa, bagaimana
kalau kembali ke jaman baheula, pembeli langsung tukar barang (barter) dengan penjual. Jadi kedua pihak sama2 untung dan tidak merugikan orang banyak. Contoh nya, Si A mau beli Kolor ke toko Si B, sementara Si B pengen makan duren Si A, maka jadilah kolor di tuker ma si duren B, masalah ukuran, mungkin tergantung durennya kali hehehe....

Intinya, rasanya ga adil banget kalau seluruh dunia kolaps, negara2 berkembang seperti indonesia, atau Brazil dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yg tinggi, ti ba2 ambruk hanya karena kesalahan satu negara, AMERIKA....
Ada sekian contoh, beberapa milyuner kekayaannya berkurang hampir 50% hanya dalam 3 hari. Atau bisa juga hutang bertambah berlipat-lipat hanya dalam seminggu. Coba bayangkan, kalau kemarin saya punya saham 1000 lembar dengan harga satu lembar Rp. 1500, maka kekayaan saya sebesar 1.500.000, tiba2 pagi tadi nilai saham turun menjadi 100 perak, maka kekayaan saya tinggal 100.000............
Atau jika saya punya hutang 1000 dolar dengan kurs rupiah 9000, itu berarti hutang saya 9000.000, tiba2 sore hari kurs dolar naik menjadi 12.000, itu berarti hutang saya melonjak menjadi 120.000.000, padahal bukan karena kesalahan kita. Di dalam negeri, Bakrie and Brothers yg sempat menjadi orang terkaya di negeri ini juga kolaps, karena salah satu penghasil kekayaan utamanya PT BUMI resources gagal bayar utang, dan kini dijual ke Northstar Inc. Dan masih banyak lagi contoh lain. Yang kita takutkan, kejadian krisis 1997 bakal terulang, dimana-mana terjadi rush (penarikan uang besar2an) dari bank. Karena sebesar apapun bank, pasti akan kolaps kalau semua uang nasabah diambil.

Hikmah dari peristiwa di atas adalah, sebaik apapun kalau sudah dilarang qjj,
maka pasti ada keburukannya. Seperti riba, misalnya..setelah sekian tahun
Bank2 Amerika yg membanggakan kapitalisnya, toh akhirnya rontok dan itu
di luar dugaan pakar2 ekonomi. Namun, sebagai orang beragama, kita yakin,
semudah itu Allah membalikkan keadaan semudah itu pula Allah mengembalikannya, asal kita berusaha dengan sungguh2...So, Jangan panik, hadapi dengan senyuman dan inget pesen Kanjeng Nabi :

"Kalau ente pengen umur panjang dan rejeki lancar, banyak2lah silaturahim"

juga pesen beliau

" Sedekah itu akan menolak bala (bencana) "

jadi, selamat bersilaturahim dan sedekah, semoga hidup kita makin berkah...Amin


*)Mohon maaf, Penulis bukan ahli ekonomi makro atau mikro, tapi kalau
bab ngabisin duwit buat beli duren dan belanja kolor, monggo hehehe...

1 komentar:

Tata mengatakan...

Kalo maunya adil ya ndak bisa lah mas..
Namanya indonesia kan terkait (kata pean)dengan negara lain. Selama indonesia masi membutuhkan negara lain untuk mengekspor maupun mengimpor..selama itu pula apa yang terjadi pada negara lain tersebut akan berimbas ke indonesia. Kecuali indonesia menutup diri dari negara lain. Tapi susah juga mengingat adanya sumber daya yang "terbatas". Sistem di dunia memang udah kayak gini, kalo mau adil ya pake aja mata uang sama, tingkat riba sama, dan kualitas produksi dg standar yang sama. Tapi sudah siapkah kita??

Masalah nilai mata uang rendah itu juga pelik. Kalau mata uang kita terlalu tinggi, negara lain akan mikir seribu dua ratus kali juga untuk mengimpor barang dari negara kita, karena jatuhnya pasti lebih mahal. Penentuan nilai mata uang ini sebenernya juga berbau politik perdagangan ekspor impor. Berhubung ekspor kita ini dibilang lemah di dunia (intinya kita ada dan ga ada ga begitu ngaruh...keciannn..), maka mata uang lebih rendah ndak jadi masalah. Nyang penting gimaan kita banyakin ekspor dan ngurangin impor, dengan cintailah gadis lokal (produk lokal maksudnya..).

Bisa jugah dengan penaikan pajak barang mewah (kan barang2 mewah banyak yg impor tuh..), dan untuk menolong rakyat imbangkan dengan penurunan pajak penghasilan, heheh..misal..
Semoga indonesia kuat dahh.. strategi sementara adalah "bertahan" karena bargaining position kita lagi teruk. Maklum, meskipun negara besar, cenderung follower si...

Good job, semangat!!! Hidup indonesia..